Thursday, March 5, 2015

Doa Tomcat yang mengancam (Catatan Azis Js Setyawan)



Sebelum membaca tulisan ini marilah kita berdoa menurut agama dan keyakinan kita masing-masing… Kemudian marilah

kita tertawa dulu… Hahaha… Karena seperti kata bang rhoma: ‘yuk kita santai agar otot tidak tegang’..

Lalu mulailah membaca dengan pelan-pelan sambil di eja…

Hayah… Hakhakhak (mohon maaf ketikannya jelek). Oke.. Langsung aja.. Cekidooottt:



Alkisah di sebuah sarang yang biasa-biasa saja di dalam rumah kosong yang biasa-biasa saja dalam sebuah kota yang

biasa-biasa saja dalam sebuah negara yang juga biasa-biasa saja, hiduplah seekor tomcat dan keluarga besarnya. Keluarga

besar mereka bernama keluarga tomcat. Kalo cerita ini tentang kucing, maka nama keluarganya adalah keluarga

kucing (eng ing eng?).

Kehidupan keluarga tomcat tenteram-tenteram saja sebelum masuknya penghuni baru yang membawa malapetaka besar

bagi keluarga mereka. Penghuni baru ini adalah keluarga yang tidak biasa-biasa saja, terdiri dari suami-istri yang super-

duper-duplex perfectionis, dan tiga ekor anak monyet (ups!) tiga biji anak manusia yang kenakalannya setingkat sama

dewa petir. Maka, inilah akhir dari kehidupan biasa-biasa saja dalam cerita pendek ini menuju awal dari kehidupan ironis

para anggota keluarga besar tomcat.



Mengapa ironis? Apa pentingnya kehidupan seekor tomcat? Nah, inilah kesalahan manusia abad ini. Mana bisa para

manusia menghargai hak asasi manusia sementara hal-hal kecil seperti hak asasi tomcat saja masih enggan untuk di

hargai?! Pendek cerita, (karena cerita pendek) para anggota keluarga tomcat terbunuh oleh tiga anak monyet (eh, anak manusia) dengan sadis dan tidak berperiketomcatan. Ada yg terinjak, tenggelam, terkena upil, ataupun mati di penggorengan

(dimakan loh!). Dan akhirnya, setelah pembantaian yang tidak tomcatwi itu, yang tersisa tinggallah pak tom dan tiga anak

tom. Pertanyaannya, mana bu tom? Terbunuh kah? Tentu tidak. Bu tom meninggal waktu melahirkan nak tom yang notabene kembar tiga.



Jadilah pak tom menangis tiap malam, mengeluhlah dia pada tuhan.

“wahai tuhan! Dimana keadilanmu?! Mengapa semua ini harus terjadi pada makhluk kecil macam kami?!” (dan panjang lagi.

Menurut sumber yang dapat di percaya, pak tom meminta petunjuk untuk melewati masa-masa sulit ini)

Terjadilah sesuatu saat pak tom tidur. Ia ketindisan (bukan!). Konon pak tom bermimpi bahwa anak-anaknya lah yang harus

melakukan semua ini, mengalahkan tiga anak monyet (anak manusia) di luar sana.



Berceritalah pak tom pada tiga biji anak-anaknya, yang akhirnya setuju dan memutuskan untuk keluar dan membuat

perhitungan dengan anak-anak monyet (eh, anak manusia).

Berkatalah pak tom:

“berjuanglah anak-anakku, masa depan dunia tomcat ini ada di tangan kalian!” *mencium anak-anaknya. (bersamaan) “ya ayah!” *mengelap bekas ciuman ayahnya. Sambil mengantar anak-anaknya pergi, pak tom mengintip

lewat jendela sambil menghitung langkah anak-anaknya. 1…2…3…4……8…9… “nyek! Krek! Dhuar!” *anak-anak tom terinjak

oleh anak-anak monyet (anak manusia). Mati.



Betapa hancur jiwa pak tom melihat anak-anaknya mati secara mengenaskan di depan matanya. (ternyata cerita

mimpi tentang anaknya salah, maaf pak tom, ini bukan cerita naruto) Berteriaklah ia: “tuhan! Kau memang pilih kasih! Coba saja kau tukar para manusia itu dengan kami! Mereka pasti takkan tahan dengan cobaan seperti ini! Kau lebih memihak para manusia daripada tomcat! Kau! Jika anakku tidak kau hidupkan kembali sampai esok pagi, maka kau takkan ku anggap tuhan lagi!”



Begitulah kira-kira doa pak tom menurut kutipan wartawan kami.

Terjadilah keajaiban. Esok harinya pak tom terbangun dengan takjub. Bukan karena tiga biji anaknya hidup lagi, tapi karena yang terlihat di cermin adalah tubuhnya yang telah berwujud manusia. Dengan dua tangan dan dua kaki. Maka, dengan lantang dan menggema pak tom berteriak:

“saatnya balas dendam!”

Berlarilah ia keluar pintu rumahnya (sarang). Namun belum jauh ia berlari tiba-tiba… “krek! Nyek!”

Sebuah kaki raksasa menginjak pak tom, (kaki bapaknya anak monyet (eh, anak manusia) lalu mati.

Ternyata yang pak tom lihat di cermin hanya fatamorgana. Ia tetap saja tomcat.

Terdengarlah suara tuhan menggelegar dari langit: “ga semua yang kamu lihat itu bener!”



Tamat.



Pesan moral : jangan buat tuhan tersinggung deh, urusannya

bahaya
. ;)











Penulis : Azis Js Setyawan

Follow Twitter & Instagram Azis Js :

@75setyawan



Rat 6,7 /10Dibaca 979 kali

Artikel Terkait

Doa Tomcat yang mengancam (Catatan Azis Js Setyawan)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email