“Siapa yang sanggup hidup seperti aku??” tanyaku dalam
hati. Di emperan depan toko serba ada aku terduduk dengan
sekaleng minuman soda tergenggam dalam kepalan tanganku.
Aku memang tidak sendiri, di sini ada teman-temanku yang
lain, ya, teman seperjuanganku yang sama-sama harus
merasakan pahitnya hidup dan merananya kehidupan liar
seperti ini. Entah dari mana aku harus mengungkapkan cerita
mirisnya hidupku, tapi yang pasti ini akan sangat panjang.
Bila kisah panjang ini aku ulang rasanya air mata ini tak
mampu untuk tertahan.
Aku memang seorang anak yang sangat biasa, aku tidak
pintar dan aku bukan anak dari golongan ningrat yang kaya
raya. Tapi aku punya keluarga yang sangat luar biasa. Ayahku
seorang pekerja keras yang tangguh dia tidak pernah
mengeluh akan peluh yang terkuras ketika ia harus berjuang
mencari nafkah. Ia sungguh pria yang bertanggungjawab dan
menyayangi keluarganya walau senyumnya jarang sekali
terurai maklum waktu tidak begitu bersahabat dengan kami,
karena ayah selalu pulang larut malam. Sedang ibuku seorang
pahlawan yang jasanya selalu terlupa, dia ibu yang baik dan
cantik, 22 tahun menikah dengan ayahku ia tidak pernah
menggerutu ataupun mengeluhkan keinginannya, wanita tahan
banting yang kelihatannya berhati baja namun nyatanya tidak
begitu. Dia wanita dengan mata penuh ketulusan. Dia wanita
yang sangat menghargai juga menghormati suaminya. Itulah
kekuatan keluargaku. Bila aku telah lelah memandang hari
esok, ibuku akan memberikan dorongan dari bola matanya
yang sayu sebelum aku bergegas memejamkan mata. Aku
tidak pernah merasakan kesendirian di tempat ini,
bayanganku akan segala ketakutan itu sungguh tidak pernah
ada, kehangatan di sini selalu menghantarkan aku melukis
mimpi terindah ketika aku benar-benar terlelap. Aku pernah
bermimpi, suatu saat aku akan memiliki kekasih yang
ceritanya tidak jauh berbeda dengan penggalan cerita di
dalam dongeng. Walaupun sesungguhnya aku bukanlah orang
yang dapat dengan mudah jatuh cinta. “Hah. . Andai aku
tahu, bagaimana rasanya jatuh cinta yang sesungguhnya”
keluhku sambil menghela nafas agak dalam sambil memejam
mata sampai malam benar-benar memanggilku tidur.
Sesungguhnya setiap malam aku selalu berharap dapat
mengulang kisah indah yang pernah aku jalani, namun setiap
aku ingin mengingatnya memory itu seakan semakin menjauh.
Memory itu benar-benar pergi tanpa menyadari betapa aku
membutuhkan dia. Aku tak pernah mengerti siapa aku yang
sesungguhnya. Jangankan untuk memanggil memory untuk
datang menghampiri aku, untuk menyelami diriku sendiri pun
aku tak mampu. Kadang keluhku sering lancang bersuara
tentang inginnya. Mendesakku akan segala kesesakan yang
menghimpit nafasku. Jiwaku sungguh kosong. Senyumku
adalah kehampaan. Ada yang ingin aku ungkapkan tapi aku
sungguh tidak mampu, aku menulis tanpa terdorong untuk
menuliskan kisah ini. Malam yang panjang ini membuatku
muak untuk terlelap lebih lama. Aku ingin bangun, aku ingin
memeluk memory dan takan aku lepaskan dia. Aku rindu
dengan semuanya. Aku rindu dengan keadaanku, aku rindu
dengan inginku, aku rindu dengan keluargaku, aku rindu
dengan cintaku yang sungguh-sungguh ada, aku rindu dengan
senyumku, aku rindu dengan bahagiaku. Aku rindu, sungguh
aku rindu dengan semua yang aku rindukan. Di sini, di alam
mimpiku sungguh sangat panas, aku berada dalam tempat
yang sungguh hitam, tempat tergelap dari segala tempat
tergelap yang pernah aku lewati. Aku sungguh harus meraba
tentang masa depanku. Bila saja aku dapat
mengungkapkannya, mungkin mereka akan tahu aku harus
menuliskan ini dengan tangis. Aku tak pernah tahu tentang
siapa yang akan memelukku di saat aku benar-benar
membutuhkan itu. Aku muak dengan kata sayang yang palsu.
Aku muak dengan topeng-topeng yang ada. Aku muak dengan
mimpi yang selalu mencabikku, aku muak dengan memoryku
yang semakin menjauh. Aku ingin bercerita tentang ibuku, aku
ingin bercerita tentang ayahku, aku ingin bercerita tentang
keluargaku, aku ingin bercerita tentang cintaku yang indah,
aku ingin bercerita tentang kebahagian yang pernah aku
lewati. tapi segala yang ingin ku ingat semakin terbang
menjauh dan hanya meninggalkan sedikit bayangan semu.
Aku terus bertarung dengan inginku yang tak kunjung ingin ku
jumpai hingga aku terbangun dari tidur malam itu.
hati. Di emperan depan toko serba ada aku terduduk dengan
sekaleng minuman soda tergenggam dalam kepalan tanganku.
Aku memang tidak sendiri, di sini ada teman-temanku yang
lain, ya, teman seperjuanganku yang sama-sama harus
merasakan pahitnya hidup dan merananya kehidupan liar
seperti ini. Entah dari mana aku harus mengungkapkan cerita
mirisnya hidupku, tapi yang pasti ini akan sangat panjang.
Bila kisah panjang ini aku ulang rasanya air mata ini tak
mampu untuk tertahan.
Aku memang seorang anak yang sangat biasa, aku tidak
pintar dan aku bukan anak dari golongan ningrat yang kaya
raya. Tapi aku punya keluarga yang sangat luar biasa. Ayahku
seorang pekerja keras yang tangguh dia tidak pernah
mengeluh akan peluh yang terkuras ketika ia harus berjuang
mencari nafkah. Ia sungguh pria yang bertanggungjawab dan
menyayangi keluarganya walau senyumnya jarang sekali
terurai maklum waktu tidak begitu bersahabat dengan kami,
karena ayah selalu pulang larut malam. Sedang ibuku seorang
pahlawan yang jasanya selalu terlupa, dia ibu yang baik dan
cantik, 22 tahun menikah dengan ayahku ia tidak pernah
menggerutu ataupun mengeluhkan keinginannya, wanita tahan
banting yang kelihatannya berhati baja namun nyatanya tidak
begitu. Dia wanita dengan mata penuh ketulusan. Dia wanita
yang sangat menghargai juga menghormati suaminya. Itulah
kekuatan keluargaku. Bila aku telah lelah memandang hari
esok, ibuku akan memberikan dorongan dari bola matanya
yang sayu sebelum aku bergegas memejamkan mata. Aku
tidak pernah merasakan kesendirian di tempat ini,
bayanganku akan segala ketakutan itu sungguh tidak pernah
ada, kehangatan di sini selalu menghantarkan aku melukis
mimpi terindah ketika aku benar-benar terlelap. Aku pernah
bermimpi, suatu saat aku akan memiliki kekasih yang
ceritanya tidak jauh berbeda dengan penggalan cerita di
dalam dongeng. Walaupun sesungguhnya aku bukanlah orang
yang dapat dengan mudah jatuh cinta. “Hah. . Andai aku
tahu, bagaimana rasanya jatuh cinta yang sesungguhnya”
keluhku sambil menghela nafas agak dalam sambil memejam
mata sampai malam benar-benar memanggilku tidur.
Sesungguhnya setiap malam aku selalu berharap dapat
mengulang kisah indah yang pernah aku jalani, namun setiap
aku ingin mengingatnya memory itu seakan semakin menjauh.
Memory itu benar-benar pergi tanpa menyadari betapa aku
membutuhkan dia. Aku tak pernah mengerti siapa aku yang
sesungguhnya. Jangankan untuk memanggil memory untuk
datang menghampiri aku, untuk menyelami diriku sendiri pun
aku tak mampu. Kadang keluhku sering lancang bersuara
tentang inginnya. Mendesakku akan segala kesesakan yang
menghimpit nafasku. Jiwaku sungguh kosong. Senyumku
adalah kehampaan. Ada yang ingin aku ungkapkan tapi aku
sungguh tidak mampu, aku menulis tanpa terdorong untuk
menuliskan kisah ini. Malam yang panjang ini membuatku
muak untuk terlelap lebih lama. Aku ingin bangun, aku ingin
memeluk memory dan takan aku lepaskan dia. Aku rindu
dengan semuanya. Aku rindu dengan keadaanku, aku rindu
dengan inginku, aku rindu dengan keluargaku, aku rindu
dengan cintaku yang sungguh-sungguh ada, aku rindu dengan
senyumku, aku rindu dengan bahagiaku. Aku rindu, sungguh
aku rindu dengan semua yang aku rindukan. Di sini, di alam
mimpiku sungguh sangat panas, aku berada dalam tempat
yang sungguh hitam, tempat tergelap dari segala tempat
tergelap yang pernah aku lewati. Aku sungguh harus meraba
tentang masa depanku. Bila saja aku dapat
mengungkapkannya, mungkin mereka akan tahu aku harus
menuliskan ini dengan tangis. Aku tak pernah tahu tentang
siapa yang akan memelukku di saat aku benar-benar
membutuhkan itu. Aku muak dengan kata sayang yang palsu.
Aku muak dengan topeng-topeng yang ada. Aku muak dengan
mimpi yang selalu mencabikku, aku muak dengan memoryku
yang semakin menjauh. Aku ingin bercerita tentang ibuku, aku
ingin bercerita tentang ayahku, aku ingin bercerita tentang
keluargaku, aku ingin bercerita tentang cintaku yang indah,
aku ingin bercerita tentang kebahagian yang pernah aku
lewati. tapi segala yang ingin ku ingat semakin terbang
menjauh dan hanya meninggalkan sedikit bayangan semu.
Aku terus bertarung dengan inginku yang tak kunjung ingin ku
jumpai hingga aku terbangun dari tidur malam itu.
Kisah KalaKu Luka (Azis Js Setyawan)
4/
5
Oleh
Azis Js